Kamis, 28 Maret 2013

Lebih Dari 100 Muslim Inggris Berjihad di Suriah


Sebagaimana diberitakan www.telegraph.co.uk, ada “ratusan” orang Eropa yang saat ini berjihad di Suriah. Kaum Muslim kelahiran Inggris juga diberitakan telah bergabung dengan Jabhah al-Nusroh.

Para pejuang datang dari berbagai latar belakang etnis termasuk para pemuda Asia, para mualaf dan juga orang-orang dari latar belakang etnis Afrika utara.


Sebagian dikatakan pernah ikut berjihad dalam berbagai konflik di tempat lain sementara yang lain berjihad untuk pertama kalinya.

Para pejabat memperingatkan risiko yang ditimbulkan bagi warga Inggris dan negara-negara Eropa lainnya yang sekarang mendapatkan pengalaman militer di Suriah.

Charles Farr, direktur Kantor Keamanan dan Kontra-Terorisme, mengakui perang di Suriah telah menjadi hal yang “sangat menantang” bagi pemerintah Inggris.

Ketika berbicara pada penerbitan laporan tahunan Departemen Dalam Negeri tentang Strategi Kontra-Terorisme (Contest), Farr memperingatkan meningkatkan eskalasi krisis.

Ia mengakui bahwa sejumlah besar pejuang asing, termasuk dari Inggris, ikut aktif di Suriah.

Farr, seorang mantan perwira MI6, mengakui bahwa jumlah sekitar 70 hingga 100 orang yang melakukan perjalanan dari Inggris untuk berperang di Suriah “tidak terlalu salah”.

Dia mengatakan pihak berwenang sedang mengamati upaya Jabhah al-Nusroh untuk memperluas kegiatannya di luar Suriah dengan “sangat hati-hati”.

Para pejabat Scotland Yard mengatakan jumlah orang yang bergerak keluar masuk dari negara itu terus berubah. Peringatan Kementrian Dalam Negeri Inggris – berdasarkan penilaian badan intelijen Inggris – datang saat para menteri berdebat apakahh akan mempersenjatai dan mendukung para pejuang oposisi yang melawan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Perang di Suriah “telah melibatkan banyak organisasi dengan pandangan politik dan taktik yang berbeda,” kata laporan Kementrian Dalam Negeri.

 “Kami berada dalam momen kunci yang potensial,” kata Farr mengacu pada ancaman dari Suriah dan, Afrika Utara dan potensi atas dampak penarikan pasukan dari Afghanistan tahun depan.

“Ancaman tersebut telah tersebar dan bervariasi ke titik di mana diperlukan lebih banyak sumber daya, karena itu kita harus menyebarkan sumber daya tersebut ke wilayah geografis yang lebih luas.”

Inggris telah mengirimkan berbagai peralatan bagi pasukan anti-Assad, namun lalu berhenti memasok senjata.

Embargo senjata Uni Eropa mencegah Negara-negara Uni Eropa untuk memasok senjata mematikan kepada siapa pun di Suriah.

Awal bulan ini, David Cameron menyarankan agar Inggris menentang larangan itu dan membantu pihak oposisi. Laporan Kementrian Dalam Negeri dapat meningkatkan keraguan tentang keputusan tersebut.

Laporan yang disampaikan kepada Parlemen oleh Theresa Mei, Sekretaris Utama Menteri Dalam Negeri, juga menyoroti risiko yang akan dihadapi Inggris.[]rz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar