Oleh: Irene Handono
Dalam beberapa tulisan saya yang lalu di tabloid ini saya menekankan
berulangkali bahwa kebangkitan adalah pondasi utama keyakinan Kristen.
Pondasi keimanan Kristen adalah terletak pada ‘Kematian Yesus’ di kayu
salib. Tanpa ‘Kematian’ maka tidak akan terjadi ‘Kebangkitan’ , dan
tanpa ‘Kebangkitan’ maka Yesus bukan tuhan, alias tidak akan ada
Kekristenan.
Dalil Kebangkitan
Sandaran tentang kebangkitan ini ada dalam Bibel. Namun ayat-ayat
kebangkitan tersebut bukan termasuk dalam Injil (yang diriwayatkan oleh
Matius, Markus, Lukas, Yohanes). Tak satupun ayat dalam Injil yang
menceritakan bahwa Yesus bangkit dari kematian. Tapi ayat tentang
kebangkitan ini ditulis oleh Paulus dalam suratnya bagi jamaah di
Korintus.
Bagi Paulus dogma kebangkitan ini sangat penting. Ini adalah sandaran
utama dari agama yang diciptakannya yang bernama KRISTEN. Yang
selanjutnya oleh Gereja apa yang ditulis Paulus ini menjadi sebuah bab
dalam Bibel yang berjudul KEBANGKITAN. Berikut isinya:
I Korintus 15: 17-19
17. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
18. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.
19. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada
Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala
manusia.
Ketimbang pengukuhan keimanan, kata-kata Paulus di atas lebih tepat
disebut sebagai ancaman. Ancaman bahwa barangsiapa yang tidak percaya
Yesus bangkit hidup kembali dari kematian, maka hidupnya akan sia-sia,
mati dalam keadaan berdosa. Ini yang ditakutkan oleh umat Kristen.
Mereka percaya ada hidup setelah kematian, namun bagaimana kehidupan di
akhirat kelak jika dosanya tidak ada yang menanggung.
Kristen hingga saat ini percaya bahwa Yesus disalibkan, mati dan
dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati.
Sebagaimana yang terdapat dalam Pengakuan Iman Rasuli atau bahasa
latinnya Symbolum Apostolorum kadang disebut Kredo Para Rasul atau
SYAHADAT PARA RASUL. Di poin lima disebutkan ‘Pada hari yang ketiga
bangkit pula dari antara orang mati.’ Keyakinan ini disandarkan kepada
Matius 12: 38-40, tentang mukjizat Nabi Yunus as.
38. Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi
kepada Yesus: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.”
39. Tetapi jawab-Nya kepada mereka: “Angkatan yang jahat dan tidak
setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan
diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
40. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga
malam, demikian juga Anak manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga
hari tiga malam.
Apakah Yesus 3 hari 3 malam tinggal dalam kubur?
Pertanyaannya, apakah benar Yesus mengalami kematian tiga hari tiga
malam? Jika ini bisa kita buktikan ketidakbenarannya, maka originalitas
PASKAH pun tak lebih dari NATAL, yang sudah diakui Paus Benedictus-XVI
sebagai SALAH TANGGAL. Mari kita teliti.
Menurut riwayat Lukas, Yesus disalibkan pada hari jum’at (Lukas
23:54). Disalibkan kurang lebih antara 3 jam atau 6 jam. Ada perbedaan
pendapat di sini. Dikarenakan besok sudah hari sabat (sabtu), maka
prajurit meminta izin untuk mematahkan kaki orang yang disalib agar
mempercepat kematiannya (Yohanes 19:31). Akhirnya prajurit tidak
mematahkan kaki Yesus, melainkan menusuknya dengan tombak, keluarlah
darah dan air (Yohanes 19:34). Karena menjelang malam (hari sabat),
mayat Yesus diturunkan dari salib (Matius 27:57, Markus 15:42-43). Tubuh
Yesus dikuburkan oleh Yusuf Arimatea seorang saudagar Yahudi kaya
(Markus 15:43, Lukas 23:52) tapi bukan dalam liang kubur melainkan ruang
kubur yang berbentuk goa. Tubuh Yesus diurapi dengan rempah-rempah dan
miyak mur (Yohanes 19:39-40). Yesus dibaringkan dalam kubur Yahudi (yang
bentuknya seperti goa) (Yohanes 19:42, Markus 15:46). Minggu pagi Maria
Magdalena menjenguk Yesus namun kaget melihat batu goa sudah bergeser
dan tubuh Yesus tidak ada didalamnya (Yohanes 20:1).
Jika merujuk Matius 12: 40, “Demikian juga Anak Manusia akan tinggal
di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam,” maka kita hitung:
Jumat malam, Yesus dikuburkan. Sabtu siang, Yesus dalam kubur. Sabtu malam, Yesus dalam kubur.
Minggu pagi, Yesus dikatakan bangkit. Maka, hanya 2 malam dan 1 hari Yesus dalam kubur, bukan 3 malam 3 hari.
Nah, terbukti. Dogma Kebangkitan, ahistoris tidak bisa dibenarkan
secara sejarah, irasional tidak bisa dibenarkan secara akal pikiran dan
menyimpang dari ajaran Yesus yang sesungguhnya.
Lalu dari mana peringatan Paskah ini berasal?
Setelah menetapkan Yesus sebagai tuhan dalam Konsili Nicea th.325M.
Maka Konstantine pun memperkuat dengan penetapan hari Paskah atau hari
Kebangkitan / Resurrection.
Perhitungan dasar yang berlaku sejak Zaman Pertengahan adalah Paskah
dirayakan pada hari Minggu setelah bulan purnama pertama setelah hari
pertama musim semi (vernal equinox).
Paskah yang diperingati orang Yahudi berbeda dengan Paskah yang
diperingati orang Kristen, baik dari segi tanggal maupun makna perayaan.
Menurut Eusebius, dalam buku Life Of Constantine, Buku III pasal 18,
kaisar Romawi Konstantine mengatakan: “Marilah kita membedakan diri
dengan kerumunan orang Yahudi menjijikkan, karena kami menerima dari
Juruselamat kita dengan cara yang berbeda.”
Konstantine adalah penyembah dewa matahari. Sehingga dipilihlah hari
Minggu (SUN DAY) sebagai hari Paskah, walaupun jika dihitung penggenapan
3 malam 3 hari itu tidak cocok.
Kembali lagi, sebagaimana Natal 25 Desember yang ternyata tanggal
tersebut adalah lahirnya Dewa Matahari, demikian juga Valentine dan
Paskah yang ternyata tak luput dari pengaruh budaya Pagan (penyembah
berhala).[] (Tabloid Media Umat Edisi 101)[al-khilafah/bit]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar